Monday, August 26, 2013

teknik pewarnaan part 2

Pemeriksaan tidak langsung dengan teknik pewarnaan
Perlu diperlakukan dengan penambahan zat warna. Pewarnaan bakteri terjadi pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-ion protoplasma bakteri. Pada umumnya larutan zat warna dipakai adalah larutan encer yang jarang melebihi konsentrasi 1%. Suatu larutan encer yang dibiarkan agak lama pada umumnya bekerja lebih baik daripada larutan pekat yang bekerja dalam waktu yang singkat.
Dalam proses pewarnaan sering ditambah pemantek yaitu zat yang berfungsi untuk menambah daya gabung antara sel dan zat warna. Hasil reaksi antara sel dan zat warna oleh pemantek diendapkan, sehingga pemantek yang telah diserap ke dalam sel menjadi presipitat yang berbulir besar sampai tidak memungkinkan zat warna keluar melalui pori-pori dinding sel. Jadi pemantek menolong melekatkan warna pada plasma gel. Contoh zat pemantek adalah amonium oksalat, fenol, yodium, asam tanat, garam-garam alumunium, besi , timah, seng, tembaga, krom, dan lain-lain. Umumnya zat ini diberikan pada saat sebelum penambahan zat warna, ke dalam larutan zat warna, dan saat antara pemakaian dua larutan zat warna.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri :
1.       Fiksasi
2.       Peluntur warna
3.       Substrat
4.       Intensifikasi pewarnaan
5.       Pengunaan zat warna penutup
Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini dinamakan bakteri tahan asam.
Jenis pewarnaan
1.       Pewarnaan negatif
Bertujuan untuk mengetahui morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarnaan sederhana. metode ini bukan untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya. dengan metode ini mikroorganisme atau badan sel yang diamati menjadi transparan di antara medan yang gelap.
2.       Pewarnaan sederhana atau tunggal
Macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilium, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan mengunakan pewarna sederhana. Pewarna sederhana diartikan mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin ( komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat yang digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah biru metilen (30-60 detik), karbol violet(10 detik) dan air fukhsin (5 detik).
Cara kerja:
1.       Kaca objek dibersihkan dengan alkohol sampai bersih dan bebas dari lemak
2.       Kemudian panaskan diatas lampu spirtus. Bahan preparat yang terbentuk padatan yang dibuat suspensi dengan penambahan NaCL fisiologis
3.       Pijarkan ose lalu dinginkan. Celupkan ose ke dalam suspensi bakteri dan goreskan pada kaca objek. Jika bakteri yang akan diperiksa terdapat pada medium padat (media agar), maka teteskan NaCL fisiologis terlebih dahulu pada kaca preparat kemudian goreskan bakteri tersebut dengan ose.
4.       Preparat dikeringkan pada suhu udara atau dekat hawa hangat api, kemudian setelah kering difiksasi diatas nyala api sebanyak 3 kali.
5.       Preparat didinginkan, lalu setelah dingin ditetesi salah satu larutan zat warna di atasnya dan diamkan selama satu atau dua menit, bergantung dari zat warnanya
6.       Zat warna yang berlebih dituang dari preparat dan dicuci dengan air yang telah disediakan dalam botol semprot
7.       Preparat dikeringkan dengan kertas saring atau dekat nyala api
8.       Preparat kemudian ditetesi dengan sedikit minyak imersi pada bagian yang akan diamati
9.       Hasil diamati dicatat dan digambar
Hasil pewarnaan :
·         Dengan air fuchsin sel bakteri berwarna merah
·         Dengan kristal violet sel bakteri berwarna violet
·         Dengan biru metilen sel bakteri berwarna biru

3.       Pewarnaan differensial
Untuk mengetahui sifat-sifat bakteri terhadap suatu jenis pewarnaan dan untuk mengidentifikasi ,lebih dari satu zat pewarna yang digunakan.  
3.1. Pewarnaan gram
Perbedaan 2 kelompok bakteri ini berdasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol.
Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu deklorisasi terlalu pendek.
Cara kerja :
1.       Preparat dibuat dan dikeringkan
2.       Kemudian tetesi preparat tersebut dengan zat warna karbol gentian violet. Diamkan selama 30 detik . zat warna yang berlebih dicuci dan dibuang dengan air
3.       Tambahkan lugol (iodium : kalium iodium : aquades = 1: 2 : 300) sebagai zat pemantek, selama 30 detik . kemudian cuci dengan air
4.       Preparat dicuci dengan alkohol 96% selama 2 detik sampai zat warna larut, kemudian dicuci dengan air.
5.       Tetesi preparat dengan zat warna pembanding air fuchsin selama 30 detik, lalu cuci dengan air
6.       Preparat dikeringkan dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi untuk menghindarkan perbedaan indek bias
Hasil pewarnaan:
·         Bakteri gram positif berwarna ungu dan
·         Bakteri gram negatif berwarna merah

Bakteri gram positif
Bakteri gram negatif
Kandungan Mg ribonukleat
Ada
Tidak ada
Sensifitas terhadap zat warna trifenilmetan
Sangat sensitif
Kurang sensitif
Sensifitas terhadap antibiotik
Sensitif penisilin
Sensitif streptomisin
Ketahanan kebasaan
Tahan basa, tidak larut dalam KOH  1 %
Sensitif basa, larut dalam KOH 1%
Kisaran isoelektrik
pH 2,5 – 4
pH 4,5 – 5,5
Bentuk sel
Biasanya bentuk kokus, batang berspora, kecuali: lactobacillus, dan cyanobacterium
Biasanya berbentuk batang non spora kecuali Neisser
Ketahanan keasaman
Tahan asam
Sensitif asam
contoh
Staphylococcus albus
Bacillus subtilis
Salmonella typhii
Escerichia coli

3.2. Pewarnaan tahan asam / pewarnaan ziehl neelsen
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfuchsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
Pewarnaan ini disebut pewarnaan tahan asam karena beberapa jenis bakteri sukar dilakukan pewarnaan, tetapi setelah sekali diwarnai tidah mudah dilunturkan. Walaupun digunakan zat peluntur (decoloring agent) asam atau asam alkohol. Bakteri yang termasuk golongan bakteri tahan asam adalah bakteri dari genus mycobacterium, contohnya mycobacterium tuberculosis, m. Leprae, m.smegmati, dan bakteri nocardia
Sifat bakteri tahan asam itu ditentukan oleh adanya sifat permebilitas yang selektif dari membran sitoplasma. Warna merah disebabkan oleh penyerapan warna karbol fuchsin yang larut dalam sel bakteri. Bila sel itu rusak, maka sifat tahan asam itu hilang. Bakteri tahan asam banyak mengandung lipida dan asam lemak. Kandungan inilah yang mencerminkan sifat tahan asam. Diduga sifat tahan asam ini dipengaruhi oleh kelarutan nisbi, misalnya fuchsin lebih larut dalam fenol daripada dalam air atau asam alkohol. Sebaliknya fenol lebih larut dalam lipida yang ditemukan dalam tubuh mycobacterium, dari pada dalam air. Dalam pewarnaan tahan asam, fenol yang mengandung fuchsin meninggalkan air alkohol dari larutan karbol fuchsin dan masuk kedalam lipida sel. Lipida sel memiliki kelarutan yang lebih besar, sehingga tidak dapat dilepaskan oleh asam alkohol, karena bahan pelunturnya memiliki kelrutan yang lebih kecil.
Mebran sitoplasma yang utuh mencegah lipida yang telah diwarnai merah itu meninggalkan sel untuk melarut ke dalam peluntur warna. Bila membran itu pecah, maka lipida akan meninggalkan sel dan sifat tahan asamnya akan hilang.
Cara kerja :
1.       Kaca objek dibersihkan hingga bebas dari lemak
2.       Preparat dibuat, dikeringkan dan difiksasi tiga kali
3.       Diatas preparat diberi kertas saring, kemudian diberi zat warna karbol fuchsin selama lima menit sambil dipanaskan diatas penangas air. Dijaga jangan sampai kering atau mendidih
4.       Kertas saring dibuang, lalu preparat dicuci dengan air
5.       Teteskan zat peluntur asam alkohol (alkohol 96% + 3% H2SO4 pekat atau 3% HCL pekat) selama 2 detik
6.       Kemudian preparat dicuci dengan air dan diberi zat warna kedua yaitu biru metilen selama 5 menit
7.       Preparat dicuci dengan air, dikeringkan dan dilihat di bawah mikroskop
Hasil pewarnaan:
·         Ziehl neelsen positif, bakteri tahan asam akan berwarna merah
·         Ziehl neelsen negatif, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru


3.3. Pewarnaan khusus
3.3.1.        Pewarnaan asam-basa:
Berdasarkan reagen warna yang digunakan dalam proses pewarnaan bakteri terbagi dalam dua golongan, yaitu:
1.       Zat warna yang bersifat asam dengan komponen warna berupa anion. Biasa dipakai dalam bentuk garam natrium
2.       Zat warna yang bersifat alkalis dengan komponen warna berupa kation. Biasanya dipakai dalam bentuk klorida
3.3.2.        Pewarnaan spora/klein
Spora bakteri adalah endospora, dapat mudah terlihat sebagai benda-benda intraseluler yang refraktil dalam suspensi sel yang tidak diwarnai. Dinding spora itu relatif tidak permible, tetapi zat warna dapat diserap ke dalamnya dengan jalan memanaskannya.
Letak spora ada tiga macam : 1) sentral, letak spora di tengah sel , 2)terminal, letak spora di ujung sel 3) sub terminal, letak spora diantara ujung sel dan tengah sel.  Bentuk spora bulat atau lonjong.ada spora yang dapat mengubah bentuk sel bakteri sehingga spora menonjol keluar, bentuknya seperti pemukul tambur, contohnya : clostridium tetani. Bila letak spora di bagian sentral atau sub terminal, biasanya diameter spora lebih besar daripada diameter bakteri, maka bentuknya seperti kumparan.
Pembentukan spora hanya terdapat pada beberapa species bakteri saja, khususnya bakteri yang termasuk ke dalam famili bacillaceae. Famili ini terdiri dari 3 genera yaitu 1) bacillus 2)clostridium, sifat hidupnya anaerob dan 3) sporosarcina, sifat hidupnya aerob.
Di dalam spora,sifat-sifat bakteri tetap. Spora dibentuk, jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan baginya(untuk pertahanan diri). Spora sangat tahan terhadap suhu tinggi dan desinfektan. Hal ini karena dinding spora sangat kuat yang tersusun dari 3 lapisan yaitu: 
·         Lapisan dalam disebut intin
·         Lapisan luar disebut ektin
·         Diantara kedua lapisan tadi terdapat lapisan lendir
Karena lapisan lendir inilah maka pewarnaan spora sangat sulit dilakukan. Tetapi dengan mengunakan warna kuat dan pemanasan, maka spora ini dapat menyerap zat warna. Pemanasan juga dapat merangsang pembentukan spora.
Di dalam bentuk spora, bakteri akan tahan lama tanpa makanan dan tidak melakukan pembiakan bilamana keadaan lingkungananya cukup baik, dinding spora akan pecah dan bentuk vegetatif akan keluar dan bakteri aktif kembali.
3.3.3.        Pewarnaan kapsul/burr-gins
Beberapa jenis bakteri membentuk lapisan lendir di sekitar tubuhnya. Kadang-kadang lendir ini menjadi padat merupakan bentuk yang tetap sebagai lapisan luar bakteri. Lapisan ini dikenal sebagai kapsul. Kapsul tidak mempunyai afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa. Beberapa kapsul dapat rusak oleh gangguan mekanik atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari beberapa spesies yang berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama.
Ada tidaknya kapsul ditentukan secara genetik. Seringkali pada banyak spesies ditemukan mutan yang berkapsul, disamping yang tidak berkapsul. Hal ini mempengaruhi bentuk koloni pada medium pembiakan, sehingga bakteri dapat dibedakan menjadi :  1)koloni bakteri berkapsul disebut koloni smooth 2) koloni bakteri tidak berkapsul  disebut koloni rough. Pembentukan kapsul bergantung pada zat-zat makanan, apakah mengandung zat-zat makanan pembentuk kapsul atau tidak. adakalanya bakteri pembentuk kapsul tidak membentuk kapsul karena kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Tetapi pada kondisi lingkungan yang baik, kapsul ditemukan kembali. Jadi sifat kapsul adalah tetap untuk suatu bakteri. Bakteri yang dilindungi oleh lendir berbeda dengan bakteri berkapsul. Ada pendapat bahwa lendir adalah hasil sekresi dari bakteri dan kapsul adalah penebalan dinding sel.
Dari dunia kedokteran pembentukan kapsul dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan patogenitas dari bakteri. Bakteri yang patogen yang dapat membentuk kapsul menunjukan bahwa virulensinya makin tinggi saat dibentuk kapsul. Dan jika tidak berkapsul, virulensinya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Contoh bakteri berkapsul : Bacillus anthracis, Diplococcus pnemoniae, klebsiela.
Teknik pewarnaan lainnya untuk melihat kapsul adalah metoda pewarnaan anthony, pewarnaan hiss, pewarnaan leifson, dan pewarnaan tyler.   





teknik pewarnaan part 2

Pemeriksaan tidak langsung dengan teknik pewarnaan
Perlu diperlakukan dengan penambahan zat warna. Pewarnaan bakteri terjadi pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-ion protoplasma bakteri. Pada umumnya larutan zat warna dipakai adalah larutan encer yang jarang melebihi konsentrasi 1%. Suatu larutan encer yang dibiarkan agak lama pada umumnya bekerja lebih baik daripada larutan pekat yang bekerja dalam waktu yang singkat.
Dalam proses pewarnaan sering ditambah pemantek yaitu zat yang berfungsi untuk menambah daya gabung antara sel dan zat warna. Hasil reaksi antara sel dan zat warna oleh pemantek diendapkan, sehingga pemantek yang telah diserap ke dalam sel menjadi presipitat yang berbulir besar sampai tidak memungkinkan zat warna keluar melalui pori-pori dinding sel. Jadi pemantek menolong melekatkan warna pada plasma gel. Contoh zat pemantek adalah amonium oksalat, fenol, yodium, asam tanat, garam-garam alumunium, besi , timah, seng, tembaga, krom, dan lain-lain. Umumnya zat ini diberikan pada saat sebelum penambahan zat warna, ke dalam larutan zat warna, dan saat antara pemakaian dua larutan zat warna.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri :
1.       Fiksasi
2.       Peluntur warna
3.       Substrat
4.       Intensifikasi pewarnaan
5.       Pengunaan zat warna penutup
Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini dinamakan bakteri tahan asam.
Jenis pewarnaan
1.       Pewarnaan negatif
Bertujuan untuk mengetahui morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarnaan sederhana. metode ini bukan untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya. dengan metode ini mikroorganisme atau badan sel yang diamati menjadi transparan di antara medan yang gelap.
2.       Pewarnaan sederhana atau tunggal
Macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilium, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan mengunakan pewarna sederhana. Pewarna sederhana diartikan mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin ( komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat yang digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah biru metilen (30-60 detik), karbol violet(10 detik) dan air fukhsin (5 detik).
Cara kerja:
1.       Kaca objek dibersihkan dengan alkohol sampai bersih dan bebas dari lemak
2.       Kemudian panaskan diatas lampu spirtus. Bahan preparat yang terbentuk padatan yang dibuat suspensi dengan penambahan NaCL fisiologis
3.       Pijarkan ose lalu dinginkan. Celupkan ose ke dalam suspensi bakteri dan goreskan pada kaca objek. Jika bakteri yang akan diperiksa terdapat pada medium padat (media agar), maka teteskan NaCL fisiologis terlebih dahulu pada kaca preparat kemudian goreskan bakteri tersebut dengan ose.
4.       Preparat dikeringkan pada suhu udara atau dekat hawa hangat api, kemudian setelah kering difiksasi diatas nyala api sebanyak 3 kali.
5.       Preparat didinginkan, lalu setelah dingin ditetesi salah satu larutan zat warna di atasnya dan diamkan selama satu atau dua menit, bergantung dari zat warnanya
6.       Zat warna yang berlebih dituang dari preparat dan dicuci dengan air yang telah disediakan dalam botol semprot
7.       Preparat dikeringkan dengan kertas saring atau dekat nyala api
8.       Preparat kemudian ditetesi dengan sedikit minyak imersi pada bagian yang akan diamati
9.       Hasil diamati dicatat dan digambar
Hasil pewarnaan :
·         Dengan air fuchsin sel bakteri berwarna merah
·         Dengan kristal violet sel bakteri berwarna violet
·         Dengan biru metilen sel bakteri berwarna biru

3.       Pewarnaan differensial
Untuk mengetahui sifat-sifat bakteri terhadap suatu jenis pewarnaan dan untuk mengidentifikasi ,lebih dari satu zat pewarna yang digunakan.  
3.1. Pewarnaan gram
Perbedaan 2 kelompok bakteri ini berdasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol.
Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu deklorisasi terlalu pendek.
Cara kerja :
1.       Preparat dibuat dan dikeringkan
2.       Kemudian tetesi preparat tersebut dengan zat warna karbol gentian violet. Diamkan selama 30 detik . zat warna yang berlebih dicuci dan dibuang dengan air
3.       Tambahkan lugol (iodium : kalium iodium : aquades = 1: 2 : 300) sebagai zat pemantek, selama 30 detik . kemudian cuci dengan air
4.       Preparat dicuci dengan alkohol 96% selama 2 detik sampai zat warna larut, kemudian dicuci dengan air.
5.       Tetesi preparat dengan zat warna pembanding air fuchsin selama 30 detik, lalu cuci dengan air
6.       Preparat dikeringkan dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi untuk menghindarkan perbedaan indek bias
Hasil pewarnaan:
·         Bakteri gram positif berwarna ungu dan
·         Bakteri gram negatif berwarna merah

Bakteri gram positif
Bakteri gram negatif
Kandungan Mg ribonukleat
Ada
Tidak ada
Sensifitas terhadap zat warna trifenilmetan
Sangat sensitif
Kurang sensitif
Sensifitas terhadap antibiotik
Sensitif penisilin
Sensitif streptomisin
Ketahanan kebasaan
Tahan basa, tidak larut dalam KOH  1 %
Sensitif basa, larut dalam KOH 1%
Kisaran isoelektrik
pH 2,5 – 4
pH 4,5 – 5,5
Bentuk sel
Biasanya bentuk kokus, batang berspora, kecuali: lactobacillus, dan cyanobacterium
Biasanya berbentuk batang non spora kecuali Neisser
Ketahanan keasaman
Tahan asam
Sensitif asam
contoh
Staphylococcus albus
Bacillus subtilis
Salmonella typhii
Escerichia coli

3.2. Pewarnaan tahan asam / pewarnaan ziehl neelsen
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfuchsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
Pewarnaan ini disebut pewarnaan tahan asam karena beberapa jenis bakteri sukar dilakukan pewarnaan, tetapi setelah sekali diwarnai tidah mudah dilunturkan. Walaupun digunakan zat peluntur (decoloring agent) asam atau asam alkohol. Bakteri yang termasuk golongan bakteri tahan asam adalah bakteri dari genus mycobacterium, contohnya mycobacterium tuberculosis, m. Leprae, m.smegmati, dan bakteri nocardia
Sifat bakteri tahan asam itu ditentukan oleh adanya sifat permebilitas yang selektif dari membran sitoplasma. Warna merah disebabkan oleh penyerapan warna karbol fuchsin yang larut dalam sel bakteri. Bila sel itu rusak, maka sifat tahan asam itu hilang. Bakteri tahan asam banyak mengandung lipida dan asam lemak. Kandungan inilah yang mencerminkan sifat tahan asam. Diduga sifat tahan asam ini dipengaruhi oleh kelarutan nisbi, misalnya fuchsin lebih larut dalam fenol daripada dalam air atau asam alkohol. Sebaliknya fenol lebih larut dalam lipida yang ditemukan dalam tubuh mycobacterium, dari pada dalam air. Dalam pewarnaan tahan asam, fenol yang mengandung fuchsin meninggalkan air alkohol dari larutan karbol fuchsin dan masuk kedalam lipida sel. Lipida sel memiliki kelarutan yang lebih besar, sehingga tidak dapat dilepaskan oleh asam alkohol, karena bahan pelunturnya memiliki kelrutan yang lebih kecil.
Mebran sitoplasma yang utuh mencegah lipida yang telah diwarnai merah itu meninggalkan sel untuk melarut ke dalam peluntur warna. Bila membran itu pecah, maka lipida akan meninggalkan sel dan sifat tahan asamnya akan hilang.
Cara kerja :
1.       Kaca objek dibersihkan hingga bebas dari lemak
2.       Preparat dibuat, dikeringkan dan difiksasi tiga kali
3.       Diatas preparat diberi kertas saring, kemudian diberi zat warna karbol fuchsin selama lima menit sambil dipanaskan diatas penangas air. Dijaga jangan sampai kering atau mendidih
4.       Kertas saring dibuang, lalu preparat dicuci dengan air
5.       Teteskan zat peluntur asam alkohol (alkohol 96% + 3% H2SO4 pekat atau 3% HCL pekat) selama 2 detik
6.       Kemudian preparat dicuci dengan air dan diberi zat warna kedua yaitu biru metilen selama 5 menit
7.       Preparat dicuci dengan air, dikeringkan dan dilihat di bawah mikroskop
Hasil pewarnaan:
·         Ziehl neelsen positif, bakteri tahan asam akan berwarna merah
·         Ziehl neelsen negatif, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru


3.3. Pewarnaan khusus
3.3.1.        Pewarnaan asam-basa:
Berdasarkan reagen warna yang digunakan dalam proses pewarnaan bakteri terbagi dalam dua golongan, yaitu:
1.       Zat warna yang bersifat asam dengan komponen warna berupa anion. Biasa dipakai dalam bentuk garam natrium
2.       Zat warna yang bersifat alkalis dengan komponen warna berupa kation. Biasanya dipakai dalam bentuk klorida
3.3.2.        Pewarnaan spora/klein
Spora bakteri adalah endospora, dapat mudah terlihat sebagai benda-benda intraseluler yang refraktil dalam suspensi sel yang tidak diwarnai. Dinding spora itu relatif tidak permible, tetapi zat warna dapat diserap ke dalamnya dengan jalan memanaskannya.
Letak spora ada tiga macam : 1) sentral, letak spora di tengah sel , 2)terminal, letak spora di ujung sel 3) sub terminal, letak spora diantara ujung sel dan tengah sel.  Bentuk spora bulat atau lonjong.ada spora yang dapat mengubah bentuk sel bakteri sehingga spora menonjol keluar, bentuknya seperti pemukul tambur, contohnya : clostridium tetani. Bila letak spora di bagian sentral atau sub terminal, biasanya diameter spora lebih besar daripada diameter bakteri, maka bentuknya seperti kumparan.
Pembentukan spora hanya terdapat pada beberapa species bakteri saja, khususnya bakteri yang termasuk ke dalam famili bacillaceae. Famili ini terdiri dari 3 genera yaitu 1) bacillus 2)clostridium, sifat hidupnya anaerob dan 3) sporosarcina, sifat hidupnya aerob.
Di dalam spora,sifat-sifat bakteri tetap. Spora dibentuk, jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan baginya(untuk pertahanan diri). Spora sangat tahan terhadap suhu tinggi dan desinfektan. Hal ini karena dinding spora sangat kuat yang tersusun dari 3 lapisan yaitu: 
·         Lapisan dalam disebut intin
·         Lapisan luar disebut ektin
·         Diantara kedua lapisan tadi terdapat lapisan lendir
Karena lapisan lendir inilah maka pewarnaan spora sangat sulit dilakukan. Tetapi dengan mengunakan warna kuat dan pemanasan, maka spora ini dapat menyerap zat warna. Pemanasan juga dapat merangsang pembentukan spora.
Di dalam bentuk spora, bakteri akan tahan lama tanpa makanan dan tidak melakukan pembiakan bilamana keadaan lingkungananya cukup baik, dinding spora akan pecah dan bentuk vegetatif akan keluar dan bakteri aktif kembali.
3.3.3.        Pewarnaan kapsul/burr-gins
Beberapa jenis bakteri membentuk lapisan lendir di sekitar tubuhnya. Kadang-kadang lendir ini menjadi padat merupakan bentuk yang tetap sebagai lapisan luar bakteri. Lapisan ini dikenal sebagai kapsul. Kapsul tidak mempunyai afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa. Beberapa kapsul dapat rusak oleh gangguan mekanik atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari beberapa spesies yang berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama.
Ada tidaknya kapsul ditentukan secara genetik. Seringkali pada banyak spesies ditemukan mutan yang berkapsul, disamping yang tidak berkapsul. Hal ini mempengaruhi bentuk koloni pada medium pembiakan, sehingga bakteri dapat dibedakan menjadi :  1)koloni bakteri berkapsul disebut koloni smooth 2) koloni bakteri tidak berkapsul  disebut koloni rough. Pembentukan kapsul bergantung pada zat-zat makanan, apakah mengandung zat-zat makanan pembentuk kapsul atau tidak. adakalanya bakteri pembentuk kapsul tidak membentuk kapsul karena kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Tetapi pada kondisi lingkungan yang baik, kapsul ditemukan kembali. Jadi sifat kapsul adalah tetap untuk suatu bakteri. Bakteri yang dilindungi oleh lendir berbeda dengan bakteri berkapsul. Ada pendapat bahwa lendir adalah hasil sekresi dari bakteri dan kapsul adalah penebalan dinding sel.
Dari dunia kedokteran pembentukan kapsul dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan patogenitas dari bakteri. Bakteri yang patogen yang dapat membentuk kapsul menunjukan bahwa virulensinya makin tinggi saat dibentuk kapsul. Dan jika tidak berkapsul, virulensinya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Contoh bakteri berkapsul : Bacillus anthracis, Diplococcus pnemoniae, klebsiela.
Teknik pewarnaan lainnya untuk melihat kapsul adalah metoda pewarnaan anthony, pewarnaan hiss, pewarnaan leifson, dan pewarnaan tyler.   





teknik pewarnaan part 2

Pemeriksaan tidak langsung dengan teknik pewarnaan
Perlu diperlakukan dengan penambahan zat warna. Pewarnaan bakteri terjadi pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-ion protoplasma bakteri. Pada umumnya larutan zat warna dipakai adalah larutan encer yang jarang melebihi konsentrasi 1%. Suatu larutan encer yang dibiarkan agak lama pada umumnya bekerja lebih baik daripada larutan pekat yang bekerja dalam waktu yang singkat.
Dalam proses pewarnaan sering ditambah pemantek yaitu zat yang berfungsi untuk menambah daya gabung antara sel dan zat warna. Hasil reaksi antara sel dan zat warna oleh pemantek diendapkan, sehingga pemantek yang telah diserap ke dalam sel menjadi presipitat yang berbulir besar sampai tidak memungkinkan zat warna keluar melalui pori-pori dinding sel. Jadi pemantek menolong melekatkan warna pada plasma gel. Contoh zat pemantek adalah amonium oksalat, fenol, yodium, asam tanat, garam-garam alumunium, besi , timah, seng, tembaga, krom, dan lain-lain. Umumnya zat ini diberikan pada saat sebelum penambahan zat warna, ke dalam larutan zat warna, dan saat antara pemakaian dua larutan zat warna.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri :
1.       Fiksasi
2.       Peluntur warna
3.       Substrat
4.       Intensifikasi pewarnaan
5.       Pengunaan zat warna penutup
Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini dinamakan bakteri tahan asam.
Jenis pewarnaan
1.       Pewarnaan negatif
Bertujuan untuk mengetahui morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarnaan sederhana. metode ini bukan untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya. dengan metode ini mikroorganisme atau badan sel yang diamati menjadi transparan di antara medan yang gelap.
2.       Pewarnaan sederhana atau tunggal
Macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilium, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan mengunakan pewarna sederhana. Pewarna sederhana diartikan mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin ( komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat yang digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah biru metilen (30-60 detik), karbol violet(10 detik) dan air fukhsin (5 detik).
Cara kerja:
1.       Kaca objek dibersihkan dengan alkohol sampai bersih dan bebas dari lemak
2.       Kemudian panaskan diatas lampu spirtus. Bahan preparat yang terbentuk padatan yang dibuat suspensi dengan penambahan NaCL fisiologis
3.       Pijarkan ose lalu dinginkan. Celupkan ose ke dalam suspensi bakteri dan goreskan pada kaca objek. Jika bakteri yang akan diperiksa terdapat pada medium padat (media agar), maka teteskan NaCL fisiologis terlebih dahulu pada kaca preparat kemudian goreskan bakteri tersebut dengan ose.
4.       Preparat dikeringkan pada suhu udara atau dekat hawa hangat api, kemudian setelah kering difiksasi diatas nyala api sebanyak 3 kali.
5.       Preparat didinginkan, lalu setelah dingin ditetesi salah satu larutan zat warna di atasnya dan diamkan selama satu atau dua menit, bergantung dari zat warnanya
6.       Zat warna yang berlebih dituang dari preparat dan dicuci dengan air yang telah disediakan dalam botol semprot
7.       Preparat dikeringkan dengan kertas saring atau dekat nyala api
8.       Preparat kemudian ditetesi dengan sedikit minyak imersi pada bagian yang akan diamati
9.       Hasil diamati dicatat dan digambar
Hasil pewarnaan :
·         Dengan air fuchsin sel bakteri berwarna merah
·         Dengan kristal violet sel bakteri berwarna violet
·         Dengan biru metilen sel bakteri berwarna biru

3.       Pewarnaan differensial
Untuk mengetahui sifat-sifat bakteri terhadap suatu jenis pewarnaan dan untuk mengidentifikasi ,lebih dari satu zat pewarna yang digunakan.  
3.1. Pewarnaan gram
Perbedaan 2 kelompok bakteri ini berdasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol.
Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu deklorisasi terlalu pendek.
Cara kerja :
1.       Preparat dibuat dan dikeringkan
2.       Kemudian tetesi preparat tersebut dengan zat warna karbol gentian violet. Diamkan selama 30 detik . zat warna yang berlebih dicuci dan dibuang dengan air
3.       Tambahkan lugol (iodium : kalium iodium : aquades = 1: 2 : 300) sebagai zat pemantek, selama 30 detik . kemudian cuci dengan air
4.       Preparat dicuci dengan alkohol 96% selama 2 detik sampai zat warna larut, kemudian dicuci dengan air.
5.       Tetesi preparat dengan zat warna pembanding air fuchsin selama 30 detik, lalu cuci dengan air
6.       Preparat dikeringkan dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi untuk menghindarkan perbedaan indek bias
Hasil pewarnaan:
·         Bakteri gram positif berwarna ungu dan
·         Bakteri gram negatif berwarna merah

Bakteri gram positif
Bakteri gram negatif
Kandungan Mg ribonukleat
Ada
Tidak ada
Sensifitas terhadap zat warna trifenilmetan
Sangat sensitif
Kurang sensitif
Sensifitas terhadap antibiotik
Sensitif penisilin
Sensitif streptomisin
Ketahanan kebasaan
Tahan basa, tidak larut dalam KOH  1 %
Sensitif basa, larut dalam KOH 1%
Kisaran isoelektrik
pH 2,5 – 4
pH 4,5 – 5,5
Bentuk sel
Biasanya bentuk kokus, batang berspora, kecuali: lactobacillus, dan cyanobacterium
Biasanya berbentuk batang non spora kecuali Neisser
Ketahanan keasaman
Tahan asam
Sensitif asam
contoh
Staphylococcus albus
Bacillus subtilis
Salmonella typhii
Escerichia coli

3.2. Pewarnaan tahan asam / pewarnaan ziehl neelsen
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfuchsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
Pewarnaan ini disebut pewarnaan tahan asam karena beberapa jenis bakteri sukar dilakukan pewarnaan, tetapi setelah sekali diwarnai tidah mudah dilunturkan. Walaupun digunakan zat peluntur (decoloring agent) asam atau asam alkohol. Bakteri yang termasuk golongan bakteri tahan asam adalah bakteri dari genus mycobacterium, contohnya mycobacterium tuberculosis, m. Leprae, m.smegmati, dan bakteri nocardia
Sifat bakteri tahan asam itu ditentukan oleh adanya sifat permebilitas yang selektif dari membran sitoplasma. Warna merah disebabkan oleh penyerapan warna karbol fuchsin yang larut dalam sel bakteri. Bila sel itu rusak, maka sifat tahan asam itu hilang. Bakteri tahan asam banyak mengandung lipida dan asam lemak. Kandungan inilah yang mencerminkan sifat tahan asam. Diduga sifat tahan asam ini dipengaruhi oleh kelarutan nisbi, misalnya fuchsin lebih larut dalam fenol daripada dalam air atau asam alkohol. Sebaliknya fenol lebih larut dalam lipida yang ditemukan dalam tubuh mycobacterium, dari pada dalam air. Dalam pewarnaan tahan asam, fenol yang mengandung fuchsin meninggalkan air alkohol dari larutan karbol fuchsin dan masuk kedalam lipida sel. Lipida sel memiliki kelarutan yang lebih besar, sehingga tidak dapat dilepaskan oleh asam alkohol, karena bahan pelunturnya memiliki kelrutan yang lebih kecil.
Mebran sitoplasma yang utuh mencegah lipida yang telah diwarnai merah itu meninggalkan sel untuk melarut ke dalam peluntur warna. Bila membran itu pecah, maka lipida akan meninggalkan sel dan sifat tahan asamnya akan hilang.
Cara kerja :
1.       Kaca objek dibersihkan hingga bebas dari lemak
2.       Preparat dibuat, dikeringkan dan difiksasi tiga kali
3.       Diatas preparat diberi kertas saring, kemudian diberi zat warna karbol fuchsin selama lima menit sambil dipanaskan diatas penangas air. Dijaga jangan sampai kering atau mendidih
4.       Kertas saring dibuang, lalu preparat dicuci dengan air
5.       Teteskan zat peluntur asam alkohol (alkohol 96% + 3% H2SO4 pekat atau 3% HCL pekat) selama 2 detik
6.       Kemudian preparat dicuci dengan air dan diberi zat warna kedua yaitu biru metilen selama 5 menit
7.       Preparat dicuci dengan air, dikeringkan dan dilihat di bawah mikroskop
Hasil pewarnaan:
·         Ziehl neelsen positif, bakteri tahan asam akan berwarna merah
·         Ziehl neelsen negatif, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru


3.3. Pewarnaan khusus
3.3.1.        Pewarnaan asam-basa:
Berdasarkan reagen warna yang digunakan dalam proses pewarnaan bakteri terbagi dalam dua golongan, yaitu:
1.       Zat warna yang bersifat asam dengan komponen warna berupa anion. Biasa dipakai dalam bentuk garam natrium
2.       Zat warna yang bersifat alkalis dengan komponen warna berupa kation. Biasanya dipakai dalam bentuk klorida
3.3.2.        Pewarnaan spora/klein
Spora bakteri adalah endospora, dapat mudah terlihat sebagai benda-benda intraseluler yang refraktil dalam suspensi sel yang tidak diwarnai. Dinding spora itu relatif tidak permible, tetapi zat warna dapat diserap ke dalamnya dengan jalan memanaskannya.
Letak spora ada tiga macam : 1) sentral, letak spora di tengah sel , 2)terminal, letak spora di ujung sel 3) sub terminal, letak spora diantara ujung sel dan tengah sel.  Bentuk spora bulat atau lonjong.ada spora yang dapat mengubah bentuk sel bakteri sehingga spora menonjol keluar, bentuknya seperti pemukul tambur, contohnya : clostridium tetani. Bila letak spora di bagian sentral atau sub terminal, biasanya diameter spora lebih besar daripada diameter bakteri, maka bentuknya seperti kumparan.
Pembentukan spora hanya terdapat pada beberapa species bakteri saja, khususnya bakteri yang termasuk ke dalam famili bacillaceae. Famili ini terdiri dari 3 genera yaitu 1) bacillus 2)clostridium, sifat hidupnya anaerob dan 3) sporosarcina, sifat hidupnya aerob.
Di dalam spora,sifat-sifat bakteri tetap. Spora dibentuk, jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan baginya(untuk pertahanan diri). Spora sangat tahan terhadap suhu tinggi dan desinfektan. Hal ini karena dinding spora sangat kuat yang tersusun dari 3 lapisan yaitu: 
·         Lapisan dalam disebut intin
·         Lapisan luar disebut ektin
·         Diantara kedua lapisan tadi terdapat lapisan lendir
Karena lapisan lendir inilah maka pewarnaan spora sangat sulit dilakukan. Tetapi dengan mengunakan warna kuat dan pemanasan, maka spora ini dapat menyerap zat warna. Pemanasan juga dapat merangsang pembentukan spora.
Di dalam bentuk spora, bakteri akan tahan lama tanpa makanan dan tidak melakukan pembiakan bilamana keadaan lingkungananya cukup baik, dinding spora akan pecah dan bentuk vegetatif akan keluar dan bakteri aktif kembali.
3.3.3.        Pewarnaan kapsul/burr-gins
Beberapa jenis bakteri membentuk lapisan lendir di sekitar tubuhnya. Kadang-kadang lendir ini menjadi padat merupakan bentuk yang tetap sebagai lapisan luar bakteri. Lapisan ini dikenal sebagai kapsul. Kapsul tidak mempunyai afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa. Beberapa kapsul dapat rusak oleh gangguan mekanik atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari beberapa spesies yang berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama.
Ada tidaknya kapsul ditentukan secara genetik. Seringkali pada banyak spesies ditemukan mutan yang berkapsul, disamping yang tidak berkapsul. Hal ini mempengaruhi bentuk koloni pada medium pembiakan, sehingga bakteri dapat dibedakan menjadi :  1)koloni bakteri berkapsul disebut koloni smooth 2) koloni bakteri tidak berkapsul  disebut koloni rough. Pembentukan kapsul bergantung pada zat-zat makanan, apakah mengandung zat-zat makanan pembentuk kapsul atau tidak. adakalanya bakteri pembentuk kapsul tidak membentuk kapsul karena kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Tetapi pada kondisi lingkungan yang baik, kapsul ditemukan kembali. Jadi sifat kapsul adalah tetap untuk suatu bakteri. Bakteri yang dilindungi oleh lendir berbeda dengan bakteri berkapsul. Ada pendapat bahwa lendir adalah hasil sekresi dari bakteri dan kapsul adalah penebalan dinding sel.
Dari dunia kedokteran pembentukan kapsul dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan patogenitas dari bakteri. Bakteri yang patogen yang dapat membentuk kapsul menunjukan bahwa virulensinya makin tinggi saat dibentuk kapsul. Dan jika tidak berkapsul, virulensinya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Contoh bakteri berkapsul : Bacillus anthracis, Diplococcus pnemoniae, klebsiela.
Teknik pewarnaan lainnya untuk melihat kapsul adalah metoda pewarnaan anthony, pewarnaan hiss, pewarnaan leifson, dan pewarnaan tyler.